Terkadang, ketika kita sedang membangun sesuatu -
sesuatu yang kelak ingin kita jadikan sebagai monumen kebanggaan hidup -
kita harus meninggalkannya di tengah jalan.
Kita harus meninggalkan semua angan akan tertorehnya nama kita di puncak monumen itu.
Bahkan, seringkali kita harus rela menyerahkannya pada orang lain. Bagi beberapa orang,
tentulah ini sangat mengecewakan. Namun, bagi mereka yang cukup mengerti, ini tak jadi beban yang merisaukan.
Kebahagiaan tidak perlu diukur dari seberapa tinggi monumen hidup itu bisa kita selesaikan.
Kebahagiaan selalu bisa kita resapi di setiap saat kita menumpuk dan merekatkan batu-batu pendiri monumen tersebut.
Tak selamanya kita harus menyelesaikan apa yang harus kita kerjakan.
Cukuplah bila kita selalu berusaha memberikan yang terbaik pada setiap kerja yang sedang kita upayakan.
Dan, sudah lebih dari apa pun bila kita mampu merasakan kesenangan dari setiap kerja tersebut.
Keinginan untuk bangga seringkali jadi cuka asam bagi kemampuan kita meraih kebahagiaan itu.
sesuatu yang kelak ingin kita jadikan sebagai monumen kebanggaan hidup -
kita harus meninggalkannya di tengah jalan.
Kita harus meninggalkan semua angan akan tertorehnya nama kita di puncak monumen itu.
Bahkan, seringkali kita harus rela menyerahkannya pada orang lain. Bagi beberapa orang,
tentulah ini sangat mengecewakan. Namun, bagi mereka yang cukup mengerti, ini tak jadi beban yang merisaukan.
Kebahagiaan tidak perlu diukur dari seberapa tinggi monumen hidup itu bisa kita selesaikan.
Kebahagiaan selalu bisa kita resapi di setiap saat kita menumpuk dan merekatkan batu-batu pendiri monumen tersebut.
Tak selamanya kita harus menyelesaikan apa yang harus kita kerjakan.
Cukuplah bila kita selalu berusaha memberikan yang terbaik pada setiap kerja yang sedang kita upayakan.
Dan, sudah lebih dari apa pun bila kita mampu merasakan kesenangan dari setiap kerja tersebut.
Keinginan untuk bangga seringkali jadi cuka asam bagi kemampuan kita meraih kebahagiaan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar