Kamis, 13 Oktober 2011

.. Karna Cinta Tak Harus Selalu Berbentuk Bunga ..

Aku mencintai suamiku karena sifatnya yang apa adanya ..
Aku begitu menyukai perasaan aman dan tentram ..
Yang muncul dihati ketika bersanding dengannya ..

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dua tahun dalam masa pernikahan
Harus kuakui bahwa mulai timbul rasa bosan dan lelah
Dengan kehidupan berumah tangga dengannya ..
Dan alasan-alasan mencintainya dulu telah berubah
Menjadi sesuatu yang menjemukan ..

Aku seorang wanita yang berjiwa sentimentil
Dan benar-benar berperasaan halus ..

Aku merindukan saat-saat romantic
Seperti seorang anak yang menginginkan belaian.
Tapi semua itu tidak lagi kuperoleh.
Suamiku kini jauh berbeda dari yang aku harapkan dulu ..
Rasa sensitivismenya kurang,
Dan ketidakmampuannya menciptakan suasana yang romantic dalam pernikahan kami ..
Telah memusnahkan semua harapan tentang kehidupan yang ideal ..

Suatu hari aku memberanikan diri untuk menyatakan keputusan untuk bercerai ..

“Mengapa ??”, dia bertanya terkejut ..
“aku lelah, kamu tidak pernah memberikan cinta yang aku inginkan” ..
Dia terdiam & termenung sepanjang malam didepan komputernya,
Nampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak ..
Kekecewaanku semakin bertambah,
Seorang lelaki yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya ..
Apalagi yang dapat aku harapkan darinya ??

Dan akhirnya dia bertanya,
“apa yang dapat aku lakukan untuk mengubah pikiranmu ??”
Aku menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan perlahan ..
“aku ada satu pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya, aku akan merubah pikiranku
“seandainya,  aku menyukai setangkai bunga indah yang ada ditebing gunung,
Dan kita tahu, jika kau memanjat gunung itu, kau akan mati ..
Apakah kau akan melakukannya untukku ??”
Diapun termenung dan berkata “Aku akan memberikan jawabannya besok pagi”
Hatiku semakin gundah mendengar reaksinya ..

Keesokan paginya, suamiku tidak berada dirumah,
Dan aku menemukan selembar kertas dengan coretan tangan
Dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat, yang bertuliskan ..

“sayang ..
Aku tidak dapat mengambilkan bunga itu untukmu, tapi ..
Izinkan aku untuk menjelaskan alasannya ..

Kalimat pertama ini menghancurkan hatiku, aku lantas terus membacanya ..

“sayang, kau biasa menggunakan computer dan slalu menghadapi masalah kerusakan program didalamnya. Dan akhirnya menangis di depan monitor, aku harus memberikan jari-jariku supaya dapat membantumu dan memperbaiki programnya ..

Kau slalu lupa membawa kunci ketika keluar rumah, dan aku harus memberikan kakiku supaya dapat menendang pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang ..

Kamu senang jalan-jalan keluar kota tetapi sering tersesat ditempat-tempat baru yang kamu kunjungi .. aku harus menunggu dirumah dan memberikan mataku agar dapat membantumu untuk menjelaskan melalui peta ..

Kamu slalu kelelahan pada waktu pergi dengan teman baikmu setiap bulan, dan aku harus memberikan tanganku untuk memijat kakimu yang terkilir ..

Kamu seorang yang senang diam dirumah, dan aku slalu khawatir kamu akan menjadi “aneh”.. dan aku harus membelikanmu sesuatau yang dapat menghiburmu dirumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami ..

Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu .. aku harus menjaga mataku agar ketika tua nanti, aku masih dapat menolong memotong kukumu, dan mencabuti ubanmu ..

Tanganku yang akan menggenggam tanganmu, membimbingmu menyusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu ..

Tetapi sayangku ..
Aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.
Karena, aku tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku ..
Sayangku ..
Aku tahu, diluar sana banyak orang yang mampu mencintai lebih dari aku mencintaimu ..
Untuk itu sayangku ..
Jika semua yang tlah kuberi dengan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu, aku tidak dapat menahan dirimu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu” ..

air mataku jatuh diatas tulisan dan membuat tintanya menjadi kabur , tetapi aku tetap berusaha untuk membaca selanjutnya ..

“dan sekarang, Sayangku ..
Kamu telah selesai membaca jawabanku. Jika kau berpuas hati dengan semua jawaban ini dan tetap menginginkanku untuk tinggal dirumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri diluar pintu menunggu jawabanmu ..
Jika tidak puas, Sayangku ..
Biarkan aku masuk untuk mengambil barang-barangku, dan aku tidak akan menyusahkan hidupmu lagi ..
Percayalah ..
Kebahagiaanku adalah kau bahagia” ..

Aku segera berlari membuka pintu dan ..
Melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah sendu sambil memegang susu dan roti kesukaanku ..
Oh tuhan ..
Kini baru aku tahu ..
Tidak ada orang lain yang pernah mencintaiku lebih dari dia mencintaiku ..


Di hatimu tersimpan cinta yang suci
Serta mendalam pernikahan dari beda dunia
Meski ku terbiasa hidup tanpa perih
Namun ku ikhlas hidup bersahaja
Namun bahagia

Duhai pendampingku, akhlakmu permata bagiku
Buat aku makin cinta
Tetapkan selalu janji awal kita bersatu
Bahagia sampai ke surga

Maafkan aku jika tak bisa sempurna
Karena ku bukan wanita yang turun dari surga
Ketulusan hatimu anugerah hidupku
Doakan langkah kita tak berpisah
Untuk selamanya


2 komentar:

  1. suka ma story ini..
    apalagi ending nya dikasih lagu edcoustik "pendampingku
    hiks hiks

    BalasHapus
  2. hehehe makasiiiiiiihh dah suka sma crita ini :") ..

    BalasHapus